NEWS UPDATE :

Berita


Ruhiah

Ammah

Pelajaran Dari Kematian Tokoh Munafiq Abdullah Bin Ubay

Rabu, 28 Maret 2012

Cyber Sabili-Jakarta. Berkali-kali al-Qur’an menunjuk orang ini sebagai sosok kontroversi dalam tutur kata dan perbuatannya  yang merugikan Islam dan kaum Muslimin. Hampir setiap ada fitnah yang menimpa kaum Muslimin di Madinah selalu ada peran Abdullah bin Ubay sebagai provokatornya, bahkan peristiwa haditsul ifki (berita palsu) yang menimpa Ummul Mukminin “Aisyah” ra al Qur’an mengisyaratkan Abdullah bin Ubay sebagai pembesar yang mengendalikannya.

Muhith Muhammad Ishaq

Hingga tahun ke sembilan Hijriyah, sepulang Rasulullah saw dari perang Tabuk, di akhir bulan Syawwal Abdullah bin Ubay menderita sakit. Mendengar Abdullah bin Ubay sakit, Rasulullah saw menyempatkan diri untuk membesuknya. Usamah bin Zaid bercerita: “Saya bersama Rasulullah saw mengunjungi Abdullah bin Ubay yang sedang sakit untuk membesuknya. Rasulullah saw mengingatkan Abdullah bin Ubay “Bukankah saya sudah melarang kamu dari dahulu agar tidak mencintai orang-orang Yahudi?” Abdullah bin Ubay menjawab sekenanya, “Dulu Sa’d bin Zurarah membenci orang-orang Yahudi, kemudian Sa’d bin Zurarah mati.”

Rasulullah saw tidak kehilangan sisi kemanusiaan yang bermartabat meskipun kepada orang yang sering Rasulullah ketahui dari Allah SWT sebagai pembuat masalah dan fitnah di dalam barisan kaum Muslimin. Secara zahir Abdullah bin Ubay menunjukkan dirinya sebagai seorang Muslim, maka ia berhak mendapatkan hak keIslaman itu dengan dibesuk ketika sakit.

Pada bulan kerikutnya, bulan Dzulqa’dah Abdullah bin Ubay wafat. Anak lelaki Abdullah bi Ubay, yang bernama Abdullah bin Abdullah bin Ubay datang menemui Rasulullah saw, meminta salah satu kain Rasulullah saw untuk dijadikan sebagai kafan bagi Abdullah bin Ubay, ayahnya. Dan Rasulullah saw mengabulkan permintaan itu dan memberikan kainnya kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay untuk menjadi kafan bagi jenazah ayahnya.

Kemudian Abdullah bin Abdullah juga meminta agar Rasulullah saw berkenan datang menshalatkannya. Maka Rasulullah saw datang untuk menshalatkan jenazah itu. Ketika Rasulullah saw berdiri hendak menshalatkannya, Umar bin Khaththab menarik baju Rasulullah saw dari belakang dan berkata: “Wahai Rasulullah, Engkau akan menshalatkannya? Bukankah Allah melarangmu untuk menshalatkannya?

Rasulullah saw menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT memberikan kepadaku dua pilihan kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS at-Taubah:80) Dan saya akan menambahnya lebih dari tujuh puluh kali.

Umar berkata: “Sesungguhnya dia itu orang munafiq”. Setelah Rasulullah saw menshalatkannya, barulah turun ayat: “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik. (QS. At-Taubah:84)
Rasulullah saw menshalatkannya ketika itu karena memperlakukannya secara zahir, yaitu pengakuan Abdullah bin Ubay bahwa ia seorang Muslim. Dan Islam mengajarkan ummatnya untuk memperlakukan manusia sesuai dengan kondisi zahirnya, urusan hati dan batinnya adalah kewenangan Allah SWT.

Bisa juga dimaknai bahwa Rasulullah saw menshalatkan Abdullah bin Ubay –tokoh munafiq itu- untuk menghormati anaknya –Abdullah bin Abdullah bin Ubay- yang merupakan salah satu sahabat mulia. Sedangkan pemberian kain Rasulullah saw sebagai kain kafan Abdullah bin Ubay bisa difahami sebagai pembuktian karakter Rasulullah saw yang tidak pernah menolak permintaan siapapun selama Rasulullah saw memilikinya. Bisa juga difahami bahwa Rasulullah saw tidak pernah melupakan kebaikan Abdullah bin Ubay –tokoh munafiq itu- di samping keburukannya yang tidak terhitung.

Bagi Abdullah bin Abdullah bin Ubay kematian ayahnya itu menjadi salah satu bukti bahwa berbakti kepada orang tua tetap dilakukan oleh seorang anak, meskipun ia tahu bahwa ayahnya bergelimang dosa dan berlumur maksiat. Selama orang tua itu tidak menyuruhnya berbuat maksiat atau melarangnya beramal shalih.
Orang baik akan senantiasa membuat kebaikan meskipun kepada orang  yang tidak baik. Sedangkan orang yang tidak baik akan terus membuat keburukan meskipun kepada orang yang membuat kebaikan.  
Wallahu a’lam.

Penulis: Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirasah Islamiyah Al Hikmah, Jakarta. Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah Bekasi. Anggota Badan Pengembangan Yayasan Islamic Center IQRO Pondok Gede Bekasi.

Mujahid Badui Penakluk Imperium

Apa penjelasannya, bahwa 3.000 mujahid dari badui-badui gurun jazirah Arab, berani melawan 200.000 pasukan Romawi dalam perang Muktah? Mereka tidak menang, memang, dalam pertempuran yang berlangsung tahun kedelapan hijriah itu. Tiga panglima mereka gugur sebagai syuhada; Zaid Bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, Abdullah Bin Rawahah. Ketika Khalid mengambil alih kepemimpinan, yang ia lakukan adalah mundur teratur untuk menyelamatkan nyawa mujahidin yang tersisa.

Sementara anak-anak melempari mereka dengan batu saat kembali ke Madinah, karena dianggap melarikan diri, Rasulullah justru menggelari Khalid sebagai Syaifullah Al Maslul. Pedang Allah yang terhunus. Menyelamatkan nyawa pasukan adalah keputusan bijak seorang pemberani. Berhasil mundur dari kejaran pasukan sebesar itu adalah keahlian tempur seorang jenius perang. Tapi berani melawan pasukan sebesar itu adalah pesan penting bagi Romawi; pertempuran sudah kita mulai, dan kami akan kembali.

Perang Yarmuk adalah saksi kejeniusan perang Khalid. Pertempuran yang terjadi sekitar enam tahun setelah setelah pertempuran Muktah itu, memang terlalu legendaris. Bayangkan 36.000 mujahid Muslim melawan 240.000 pasukan Romawi. Gelar Rasulullah Saw kepada Khalid jadi kenyataan. Sejak itu Romawi diusir dari wilayah jazirah Arab, Syam kemudian Mesir.

Apa penjelasannya, bahwa mujahid Badui itu bisa menaklukkan imperium besar seperti Romawi dan Persi? Dalam pendekatan aqidah dan iman, kemenangan itu dapat dengan mudah ditafsirkan. Tapi dalam pendekatan strategi perang, kita mungkin perlu mempelajari The Art of War dari Sun Tzu, strategi perang tertua yang ditulis 500 tahun sebelum Masehi dan telah mengilhami China dan Jepang selama 2400 tahun. Atau The Military Institution of The Romans yang ditulis oleh Vegetius kepada Valentinian II sekitar tahun 390 M, dan kelak mengawali pengembangan tentara regular di Eropa. Atau My Reveries Upon Art of War yang ditulis Jenderal Maurice De Saxe tahun 1732 M. Strategi ini merupakan kembangan ide-ide Vegetius dan kelak banyak mengilhami Napoleon seperti diurai Stonewall Jackson dalam The Military Maxims of Napoleon. Atau The Secrets Instruction Frederick The Great to His Generals yang secara kebetulan ditemukan dalam kopor kecil Jenderal Czetteritz tahun 1760. Atau On War dari Carl Von Clausewitz’s tahun 1832. Kedua pemikiran strategi militer inilah yang melatari semua pengembangan strategi perang Jerman.

Kebesaran Mujahid Badui yang telah menaklukkan Imperium Persi dan Romawi itu hanya mungkin kita pahami dalam kerangka pemikiran-pemikiran strategi perang itu. Khalid tumbuh dalam tradisi perang gerilya yang menjadi ciri perang masyarakat jazirah. Tapi ia menguasai cara berpikir tentara regular Romawi yang mengusai pola perang konvensional dengan alutsista besar sejak 200 tahun sebelumnya. Keteraturan adalah ciri pasukan Persi dan Romawi, atau tentara Modern. Ketidakteraturan adalah ciri pasukan gerilya. Diperlukan waktu untuk menemukan pola dalam ketidakteraturan itu. Khalid mempelajari keteraturan itu sebagai sebuah kekuatan, tapi tetap menggunakan pola perang gerilya sebagai kombinasi dari pusat kekuatannya. Tapi mereka gerilyawan yang agresif. Jadi secara strategi ia unggul. Ia tahu cara berpikir musuhnya. Tapi musuh tidak tahu keseluruhan cara berpikirnya. Ketahuilah cara berpikir musuhmu, tapi jangan berpikir dengan cara berpikirnya. 

[Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Nol Bukan Kosong

“Isi adalah kosong. Kosong adalah berisi” Kalimat itu pernah kudapat dari film kera sakti. Kalimat yang pernah diucapkan oleh guru sun go kong, biksu Tong Sam Cong. Sedangkan salah satu dosenku pernah bilang bahwa perkataan itu tidaklah benar. Kosong, ya tetap kosong. Berisi, ya berisi. Tidak mungkin orang yang tidak pernah mau mengisi otaknya dengan belajar bisa serta merta otaknya menjadi berisi dan bisa disamakan dengan orang pintar. Oleh karena itu, kosong tidak berisi dan berisi tidaklah kosong. Berbicara tentang kosong, aku teringat pada sebuah angka yang ditemukan oleh Al Khawarizmi. Angka nol. Angka yang kemudian menyempurnakan banyak bilangan. Apakah nol sama dengan kosong? Jawabannya adalah belum tentu. Jika nol berdiri sendiri, angka ini tidak mempunyai arti, alias nol sama dengan kosong. Tapi tanpa angka nol, semua bilangan bisa menjadi kacau. Tak kan ada bilangan ganjil dan genap jika tidak ada angka nol. Bayangkan jika orang berhitung dari angka 1. Setelah angka 9, lalu angka apa? kalau saja tak ada angka nol, setelah Sembilan langsung angka 11. Lalu pertanyaannya, angka 11 itu ganjil ataukah genap? Jika ganjil, maka angka 9 angka ganjil atau genap? Jika hitungan itu diteruskan, akan terjadi ke-tidak-konsekuen-an antara bilangan ganjil dan genap. Angka 1 disebut ganjil, lalu angka 11 termasuk apa? angka 21, 31, 41, jenis bilangan apa? 

Alhamdulillah seorang ilmuwan muslim telah memecahkan permasalahan ini. Dengan angka nol yang telah ditemukan oleh Al Khwarizmi, masalah itu bisa dibereskan dan ilmu menjadi berkembang seperti saat ini. Segala hal yang diciptakan oleh Allah mengandung banyak pelajaran. Tak terkecuali angka nol. Banyak orang yang menganggap amalan-amalan kecil bernilai kosong, bukan nol. Akibatnya, banyak yang tidak mau mengerjakan amal-amal kecil. Memungut sampah di jalan, misalnya. Menyelamatkan semut yang berada di tengah-tengah air yang sedang berjuang mencapai daratan, menyirami bunga yang layu, memberikan uang recehan pada anak jalanan yang mengelap motor di perempatan lampu merah, membantu menyeberangkan orang tua, mengucapkan salam setiap bertemu saudaranya, tersenyum, atau amalan-amalan kecil lainnya yang sering kali enggan dilakukan karena “nilainya” kecil. 

Padahal sesuatu yang kecil yang dilakukan secara terus-menerus lebih baik dari pada sesuatu yang besar, tapi bersifat insidental. Sedikit-sedikit, lama-lama akan jadi bukit. Layaknya angka nol yang seringkali disamakan dengan kosong. Amalan-amalan kecil pun sering dianggap kosong. Padahal sebenarnya tergantung dimana meletakkan angka nol itu. Jika nol diletakkan sebelum angka 1, maka nilainya hanya 1, meskipun jumlah yang dituliskan banyak. Inilah gambaran orang yang menyepelekan amalan kecil. Tapi jika letaknya setelah angka 1, nilainya akan jauh lebih besar, walaupun jumlah angka nol yang ada hanya sedikit. Dua buah angka nol dituliskan sebelum angka 1, akan menjadi sia-sia, 001 tetap sama dengan 1. Jika dibalik, akan menjadi 100, lebih banyak dari angka 1. Jika melakukan amalan, meskipun kecil, tapi diniatkan untuk ibadah, maka ibarat angka nol yang diletakkan setelah angka 1, Ia berlipat ganda. Terkadang sesuatu yang kecil itu sering disepelekan, tapi sesungguhnya dari hal-hal yang kecil inilah bisa menghasilkan sebuah perubahan besar. Jika belum mampu melaksanakan yang besar, istiqamahlah pada yang kecil. Karena segala hal yang besar itu tersusun oleh hal-hal yang kecil. Tanpa adanya sekumpulan sel, otot tidak akan pernah terbentuk. Tanpa adanya proton-netron, atom tak akan ada. Tanpa adanya tentara-tentara yang hebat, panglima perang tidak akan berdaya melawan musuhnya. 

Fenomena “Komunitas PKS” yang tak ada di partai lain

Suka atau tidak suka, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah menjadi sebuahfenomena. PKS telah membuktikan diri sebagai parpol yang solid, hidup, dan kuat. PKS tampaknya bukanlah parpol biasa yang konvensional. PKS adalah parpol dengan genre baru yang unik yang telah menjadi semacam komunitas.

Apa yang disebut dengan “komunitas PKS” itu ada dan nyata. Salah satu karakteristik dari partai dengan genre ini adalah apa kata partai, itulah kata anggotanya! Sementara dalam parpol lain, apa kata partai tidak selalu paralel dengan apa kata anggota. Padahalparalelisme seperti itu sangatlah sentral dan signifikan dalam sebuah partai politik.

Paralelisme ini bukan hanya menunjukkan soliditas dan solidaritas internal partai, tetapi juga merefleksikan adanya saling kepercayaan (mutual trust) antara anggota dan pimpinan yang juga menunjukkan berjalannya mesin politik sebuah partai. Manakala mesin politik tidak berjalan, sejatinya partai politik tersebut telah kehilangan raison d’etre-nya.

Tan Malaka dalam bukunya Aksi Maksa (1926) menegaskan bahwa “keputusan yang setengah betul tetapi dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan anggota lebih baik daripada keputusan yang bagus sekali tetapi dikhianati oleh setengah anggota”.

Frase ‘dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan anggota’ ini penting karena perasaan gembira inilah yang menjadi roh partai. Seluruh barisan anggota bersedia bekerja menjalankan keputusan partai dengan gembira-meski keputusannya hanya setengah betul-,ini menunjukkan mesin politik dalam partai tersebut berjalan. Inilah yang disebut dengan partai politik yang sebenarnya alias partai politik par excellence!
Sangat sedikit
Di Indonesia sangatlah sedikit parpol yang organisasinya hidup, solid, dan kuat seperti itu. Di antara yang sedikit itu,demikian menurut banyak studi, adalah-jangan terkejut-Partai Komunis Indonesia (PKI). Antonie CA Dake dalam In The Spirit of The Red Banteng: Indonesian Communists Between Moscow and Peking (2002) menggambarkan betapa hidup dan dinamisnya PKI di bawah kepemimpinan Aidit.

Di samping berhasil menghela partai keluar dari isolasi politik, Aidit menerapkan disiplin partai serta membuka diri dengan menggandeng aliansi dengan kalangan borjuis nasional. Begitu pula, “The party was to increase its membership in six months from around 7,000 to 100,000. At the same time, a multitude of mass organizations were to be created or revamped, encompassing not only workers and peasents but also youth, women, poor people,ex-servicemen, and others.”

Sementara Tempo (7 Oktober 2007) melukiskan dengan sangat baik sebagai berikut, “Kantor PKI adalah markas yang hidup dan bergerak. Organisasi tak hanya mengurus program partai tapi juga tetek bengek lainnya seperti anggota yang meninggal dan melahirkan”.

PKI tak hanya menjadi organisasi politik tapi juga menjadi komunitas. Ketika kantor pusat PKI dibangun di Jalan Kramat Raya, Jakarta, sebagian besar dananya diperoleh dari sumbangan anggota yang pengelolaannya dilaporkan secara transparan. Koran Harian Rakjat digenjot oplahnya hingga mencapai 60 ribu eksemplar–jumlah yang fantastis untuk zaman itu!”

Kini PKS

Tetapi benarkah hanya PKI yang berhasil membangun partai politik yang solid, hidup, dan dinamis seperti itu? Dake dan Tempo harus melakukan koreksi atas teorinya itu atau setidaknya menoleh ke PKS.
Pasalnya, kini telah muncul partai seperti itu, yaitu PKS! Meski secara ideologi dan cita-cita berbeda secara diametral, PKS seperti halnya PKI memiliki mesin organisasi yang hidup, kuat, dan dinamis. Rapat-rapat massa dan rally PKS yang selalu rapi dan disiplin menambah bukti hidupnya partai ini. PKS mengurus anggotanya dan karena itu anggotanya juga menjalankan keputusan partainya, termasuk membayar iuran karena merasakan manfaat dari kehadiran partainya.

Partai bukan hanya menguntungkan dan menjadi alat bagi elitenya, melainkan juga bagi anggotanya dan cita-citanya. Di PKS, presiden partai harus berkonsentrasi penuh untuk mengurus partai dengan segala tetek bengeknya. Ada konvensi yang unik dan menarik di PKS: jika presiden partai terpilih menduduki jabatan publik, dia harus melepaskan jabatannya di partai.

Walhasil, dengan tradisi ini, orang yang bersangkutan bukan hanya tidak dihadapkan pada situasi dilematis karena konflik kepentingan akibat perangkapan jabatan, melainkan juga waktu, energi, dan pikirannya tercurah untuk partai atau jabatan politik yang dipegangnya. Sementara partai-partai politik lain justru punya kelaziman yang sebaliknya: memilih orang yang sedang menduduki jabatan publik (berkuasa) untuk menjadi ketua.

Di sisi lain, untuk mengamankan jabatan publik yang sudah diraihnya (menteri, gubernur, bupati, dan lain-lain), orang tersebut justru semakin memperkuat cengkeramannya dalam partainya. Rupanya ada psikologi ketakutan dalam diri orang-orang ini bahwa jika posisinya di partai lepas akan membahayakan jabatan politiknya itu.

Walhasil, alih-alih membangun partai menjadi kuat, mereka justru memperalat partai! Dalam suasana kepartaian yang seperti itulah PKS dengan spirit yang merona menyeruak ke depan dalam pentas politik nasional. Primus inter minus malum! (*)

Yang tak terliput dari Pak Dayat

Siang yang terik tak mengurangi antusiasme warga Pleret Bantul berkumpul di lapangan Pleret. Duka akibat gonjangan gempa dua pekan lalu yang menewaskan ribuan orang juga belum hilang. Apa yang membuat mereka begitu antusias mendatangi lapangan?

Hari ini, ada tamu istimewa yang hadir ke desa mereka di Pleret Bantul. Tamu itu adalah Hidayat Nur Wahid, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Pak Dayat, begitu beliau dipanggil akan berkunjung ke desa yang terkena dampak gempa sangat parah di Jogya sekaligus peletakan batu pertama pembangunan rumah bantuan dari donatur. Masyarakat begitu merindukan kehadiran pejabat negara yang memang juga berasal dari daerah yang dekat dengan lokasi mereka. Menurut berita, Pak Dayat keluarga Pak Dayat di Klaten juga terkena musibah gempa.

Siang makin terik, masyarakat tak juga melihat ada tanda-tanda seorang pejabat negara datang. Tiba-tiba saja, bunyi mikrophone dari tengah lapangan berbunyi.

“Yang Terhormat, Ketua MPR, Bapak Hidayat Nur Wahid selamat datang di desa kami.”

Suara pembawa acara sudah bergema sampai terdengat sekitar 25 m dari tempat acara yang berada di tengah lapangan.

“Loh, sudah datang, toh. Kapan datangnya?”

“Sudah lima belas menit lalu, Pak” saya menimpali pertanyaan seorang bapak tua yang dari tadi menunggu kedatangan Ketua MPR itu.

“Loh, biasanya ada sirine dan banyak polisi toh. Lah, ini seperti tidak ada apa-apa.”

Bapak tua itu heran karena biasanya selalu ada kehebohan kendaraan pengawal dan rombongan pejabat lainnya yang mengiringi. Ternyata Pak Dayat menaiki mobil biasa tanpa pengawalan. Bahkan Camat Pleret sampai tergopoh-gopoh mengejar Pak Dayat karena keduluan ketua MPR datangnya.

Acara diadakan di tengah lapangan. Para pejabat disediakan kursi empuk sementara warga hanya duduk lesehan beralaskan tikar. Ketika giliran Pak Dayat member sambutan, beliau kemudian turun dari kursinya dan duduk lesehan.

“Maaf bapak Ibu, bukannya saya tidak menghargai, supaya kita lebih dekat. Saya duduk nggih.” Begitulah perkataan yang saya tangkap dari obrolan beliau dengan warga dalam bahasa jawa yang sangat halus. Akhirnya pejabat dan tokoh masyarakat yang mendampingi Pak Dayat ikut lesehan. Jadilah kursi empuk yang disediakan panitia jadi kosong melompong.

Saya kagum dengan sikap sederhana beliau. Datang tidak mau merepotkan dan ketika diberi fasilitas beliau memilih fasilitas yang sama dengan warga.

Setelah acara peletakan batu pertama pembangunan rumah bantuan untuk korban gempa yang difasilitasi oleh Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Pak Dayat dikerumuni oleh warga untuk bersalaman. Beliau menyambut uluran tangan warga dengan senyum sambil menyempatkan berbincang walau sejenak.

“Assalamu’alaikum, Pak Dayat.” Saya memberanikan diri menyapa beliau.

“Wa’alaikum salam. Apa Kabar Mas. Terima kasih ya sudah bantu.”

Terkesiap saya menerima uluran tangan dan kata-kata yang indah ini. Kata-kata beliau memberi energi baru bagi saya untuk menjalani tugas kemanusiaan sebagai relawan di Jogja saat itu, Juni 2006. Keletihan saya selama sepekan mendadak sirna oleh sapaan hangat dan rendah hati dari seorang pejabat tinggi negara.

Saya menjadi saksi atas pengakuan banyak orang tentang kesederhanaan dan kerendahan hati Dr. Hidayat Nur Wahid yang saat ini mencalonkan diri menjadi Calon Gubernur Jakarta. Warga Jakarta kini memiliki banyak pilihan untuk mengangkat pemimpin daerahnya dan Hidayat Nur Wahid memberikan pilihan bagi warga yang ingin pemimpin berkarakter sederhana, rendah hati serta dekat dengan rakyat.


Achmad Siddik | @achmadsiddik
Relawan Gempa Jogja | Perawat Komunitas Pohon Inspirasi


*http://politik.kompasiana.com/2012/03/22/kisah-yang-tak-terliput-dari-hidayat-nur-wahid/

Wawancara Hidayat Nur Wahid: "Tidak ada istilah 'turun pangkat' dalam pengabdian"

Nama Hidayat Nur Wahid mengejutkan setiap orang pada akhir masa pendafaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta pada Senin (19/3).
Mantan Ketua MPR itu didaftarkan Partai Keadilan Sejahtera bersama Didik J Rachbini sebagai pendampingnya.

Banyak kalangan yang menganggap keputusan Hidayat tersebut konyol. Apalagi terkait pencitraan terhadap dirinya yang turun tangga dari Ketua MPR menjadi calon gubernur.

Berikut petikan wawancara singkat bersama Hidayat Nur Wahid perihal pencalonannya tersebut.


Bagaimana ceritanya bapak tahu-tahu dicalonkan sebagai gubernur, sedangkan selama ini bapak tidak pernah tampil atau digadang-gadangkan namanya oleh PKS?

Saya sendiri juga terkejut sebenarnya. Saya berkali-kali bilang kepada teman-teman pers dan siapa saja yang bertanya langsung tentang hal ini. Saya tidak pernah mencalonkan diri.

Malah saya itu sampai hari terakhir pendaftaran pekan lalu masih berusaha keras mendorong Triwisaksana untuk maju dan mencarikan wakilnya. Tahu-tahu musyawarah justru mencalonkan saya.


Bagaimana dengan banyak pernyataaan bapak seolah-olah tengah menurunkan citra sendiri, dari Ketua MPR kemudian pernah juga dicalonkan sebagai Presiden kok sekarang malah mengincar DKI 1?

Sekali lagi saya tegaskan saya tidak pernah mencalonkan diri, melainkan diajukan partai. Bagi saya tidak ada istilah turun gunung, karena mengabdi itu bisa di mana saja dengan profesi apa pun.

Titel, jabatan itu sama sekali tidak mempengaruhi fungsi pengabdian. Kami terbiasa dengan budaya ini. Jadi tidak ada istilah 'turun gunung' (turun pangkat) dalam pengabdian. Mengabdi ya mengabdi saja.


Terkait dengan isu pluralisme yang selama ini melekat dalam diri anda, apakah anda tidak merasa hal itu akan menjadi penghambat jalan anda menuju DKI 1?

Justru menurut saya hal itu malah akan menjadi pemulus langkah saya. Saya ini seorang pluralis sesuai dengan karakter Jakarta yang lekat dengan perbedaan.***


*http://kabarpolitik.com/2012/03/25/wawancara-hidayat-nur-wahid/

Emak, ku pinta Doamu

Bismillahirrahmanirrahim..
A true Story. Sebuah kisah menggugah, diceritakan sendiri oleh pelaku sejarah yang monumental yaitu Imam Bukhari.
Saat berada di Mekkah, beliau sempat mengalami sebuah kebutaan, tetapi kemudian beliau sembuh. So..bagaimana beliau bisa sembuh ?? benar sekali, Doa dari Ibu beliau adalah Kuncinya. Ibu beliau sangat prihatin dengan keadaannya, sang Ibu banyak mendoakan untuk kesembuhan putranya. Suatu ketika Ibunya bermimpi. Dia melihat Nabi Ibrahim dalam mimpinya berkata kepadanya “ Sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu, berkat doamu yang banyak “

Imam Bukhari mengisahkan : “ Benar, pagi-pagi sekali, Allah mengembalikan penglihatan mataku “  ( The Great Power of Do’a, Solikhin Abu Izzuddin )
Subhanallah, luar biasa kisah diatas. Bagaimana doa membuat seorang Imam Bukhari kembali bisa menatap indahnya dunia. Dahsyatnya doamu Mak.

Coba kamu ingat-ingat, berapa kali kamu meminta doa ibumu sampai kamu dewasa ?? sekali ?? dua kali ?? atau bahkan kamu tidak pernah meminta hanya menunggu partisipasi ibumu untuk mendoakan kamu ??
Memang, tanpa diminta juga ibumu akan selalu mendoakanmu, itu tanpa kamu minta. Bayangkan bila kamu meminta doa kepada ibumu, tentu ibumu gak akan nolak kan ?? Pernah kah kamu minta doa terhadap ibumu ?? kenapa ?? malu yaa minta doa sama ibu ??
Lho ngapain sih pake minta didoain toh ibu juga udah sering doain ??
Why not ?? Banyak pentingnya. Salah satunya kamu bisa menyamakan kemauanmu, keinginanmu, mimpimu dengan doa ibumu. Kalo kamu memimpikan seseorang yang shaleh atau shalehah untuk sebuah pernikahan, kamu bisa meminta ibumu untuk menyamakan doamu dengan doa beliau yaitu memberikan pendamping yang shaleh. Pasti lebih dahsyat.

“ Tiga orang yang doanya tidak ditolak adalah doa orangtua ( ibu bapak ), doa orang yang dianiaya dan doa orang yang sedang dalam perjalanan ( musafir ) “ ( Hr Al Baihaqi )
Bisa jadi, kehidupan mu yang sekarang ini tak lepas dari doa ibumu. Atau mungkin kamu sekarang merasa hidupmu tertekan, keinginan, kemauanmu atau mimpimu belum terwujud, mungkin saja karna kamu gak pernah meminta ibumu untuk mendoakan harapan dan cita-citamu. Bagaimana ibumu tahu apa yang kamu mau, yang kamu impikan kalo kamu gak ngasih tahu ibumu ??

Mulailah dari sekarang, jadikanlah doa ibumu sebagai sebuah kebutuhanmu. Beritahukan keinginamu terhadap ibumu agar doamu dan doa beliau menjadi satu pilar untuk menggapai keinginanmu. Karna doa ibumu adalah kunci suksesmu sekarang dan dimasa akan datang. Yakinlah.
kaulah ibuku cinta kasihku
terima kasihku takkan pernah terhenti
kau bagai matahari yang selalu bersinar
sinari hidupku dengan kehangatanmu

bagaikan embun kau sejukkan
hati ini dengan kasih sayangmu
betapa kau sangat berarti
dan bagiku kau takkan pernah terganti

( Ibu, hadad alwi dan Farhan )
Wallahua’lam bish shawwab.

Keluarga Bahagia Bukanlah Keluarga Tanpa Masalah

Sesungguhnya, keluarga tanpa masalah tidak pernah benar-benar ada. Suami istri bukanlah pasangan malaikat (dan malaikat memang tidak berpasangan). Keduanya adalah manusia yang kadang berbeda karakter dan sering kali berbeda pendapat. Tidak jarang suami istri terlibat saling menyalahkan, dan di sisi lain syetan selalu menggoda manusia.

Keluarga bahagia bukanlah keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga bahagia adalah keluarga yang mampu memecahkan masalah. Jika niat awal menikah untuk mencapai ridha Ilahi, maka dalam perjalanannya ketika menghadapi masalah, solusinya pun harus solusi islami. Maka seorang suami akan memandang masalah yang terjadi bukanlah bersumber dari istrinya. Demikian pula sang istri tidak mempersepsikan suaminya sebagai biang masalah.

Hal terpenting dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah komitmen menjalankan konsep Islam. Kesalahan memahami posisi suami menjadikan sebagian laki-laki merasa memiliki otoritas tak terbatas kepada istrinya. Sementara sebagian wanita beranggapan bahwa kefeminimannya adalah permainan bagi laki-laki. Persepsi ini membuat suami istri sulit untuk hidup dalam nuansa saling menasehati dan bermusyawarah atas permasalahan yang terjadi. Padahal diantara poin utama ajaran Islam adalah semangat syura, musyawarah. Termasuk dalam kehidupan berkeluarga.

Dengan adanya tujuan yang sama dan referensi pemecahan masalah yang sama, kebahagiaan berkeluarga lebih mudah direalisasikan. Tujuan yang sama –dengan ridha Ilahi sebagai tujuan terbesar- menjadikan suami istri mampu mengatasi segala permasalahan yang kelaki datang menyapa biduk pernikahan. Sekaligus mampu meminimalisir tekanan yang mungkin timbul. Referensi pemecahan masalah yang sama, dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai undang-undang utama, membuat suami dan istri merasakan keadilan dalam setiap keputusan dan menanggalkan ego yang justru bisa mengancam utuhnya bahtera rumah tangga.

Hak ketiga untuk merealisasikan kebahagiaan adalah bersifat realistis, yakni dengan menerima kesalahan suami atau istri yang telah terjadi dan memaafkannya setelah ia menyadari serta berkomitmen akan memperbaikinya. Realistis juga berarti saling memahami karakter pasangan kita dan latar belakangnya. Mendapati suatu hal yang menurut kita masalah, tidak serta merta memandangnya sebagai kesalahan. Tetapi hal pertama yang kita tanyakan adalah mengapa terjadi demikian atau adakah latar belakang yang menjadi dasar hingga hal itu terjadi atau mengapa pasangan kita melakukannya.

Jika kita mau melihat kehidupan rumah tangga Rasulullah, sungguh kita akan mendapati perlakuan beliau kepada istri-istrinya sangat sesuai dengan karakter dan keadaan masing-masing istrinya. Aisyah yang saat itu masih muda, ia adalah istri yang paling “manja”. Maka Rasulullah pun menyediakan dirinya sebagai tempat bermanja. Pun saat Aisyah cemburu dan memecahkan tempat minum sewaktu Rasulullah sedang bersama sahabatnya. Rasulullah tidak berbalik marah, beliau hanya meminta maaf kepada sahabatnya jika merasa terganggu atas hal itu seraya mengatakan, “ibu kalian sedang marah.” Subhaanallah, mulia dan indahnya. Bisakah kita?

 [Sumber: Renew Your Marriage karya Mohammad Al-Khady, Psy.D, dll]

5 Sebab Melemahnya Iman Aktifis Dakwah

Kelemahan yang paling lemah dan melemahkan seorang muslim adalah lemah iman. Dengan mengetahui sebabnya, diharapkan kita mampu mengatasinya, sehingga iman kita semakin kuat dan kokoh.

Berikut ini 5 sebab kelemahan iman, khususnya pada aktifis dakwah :

Tenggelam dalam Kesibukan Duniawi
Tak seorang pun yang luput dari urusan dunia, termasuk seorang dai. Bahkan Al-Qur’an sendiri mengingatkan kita agar mencari akhirat tanpa melupakan dunia. Namun, ketika kesibukan dunia yang menguasai jiwa, ketika seseorang tenggelam dalam kesibukan duniawi, maka iman akan melemah segera.
”Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka ampunilah kami.”

Lalai terhadap Faktor Penguat Iman
Lalai dalam mengetahui faktor-faktor yang dapat menguatkan dan meningkatkan iman kepada Allah adalah sebab melemahnya iman. Yakni ketika seseorang tidak memahami dan mengamalkan bahwa ibadah, dzikir, dan kebajikan itulah penguat iman. Saat seseorang menambah kebaikan, sejatinya ia meningkatkan iman. Sebaliknya, siapa yang memilih malas-malasan dari beramal kebajikan, pada saat yang sama ia telah membuat imannya lemah.
Sebagian sahabat berkata, “Iman itu bertambah dan berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan zikir kepada-Nya, ia berkurang dengan kemaksiatan dan lupa kepada-Nya.”
Menumpuknya Aktifitas dan Beban yang Membuat Ruh dan Jiwa Kehilangan Haknya
Aktifitas yang padat dan beban kerja yang menumpuk -termasuk aktifitas politik dan kerja-kerja sosial- jika tidak dimenej dengan baik akan berakibat pada melemahnya iman. Mengapa? Karena padatnya aktifitas dan menumpuknya beban kerja bisa menjadikan seseorang mengabaikan hak-hak ruh dan jiwanya. Ketika hak-hak ruhiyah itu tak dipenuhi, kegersangan jiwa terasa. Hilangnya sikap bijaksana, pudarnya ketenangan dan kedamaian, dan sempitnya dada adalah indikasi melemahnya iman akibat hak ruh yang tak tertunaikan ini.

Mengejar Target Dakwah, Melupakan Penguat Iman
Ada sebagian aktifis yang sangat bersemangat dalam aktifitas dakwah untuk mengejar target-target kuantitas, namun ia lupa faktor-faktor yang dapat meningkatkan iman. Ia menyeru orang lain, namun meninggalkan dirinya sendiri. Merasa kesibukan sebagai aktifis dan pekerjaan dakwah sudah cukup menjamin menguatnya iman.

Aktifitas dan Peran yang Tak Seimbang
Seorang Muslim, khususnya seorang dai, pasti memiliki lebih dari satu peran dalam hidupnya. Ada peran keluarga sebagai suami (bagi yang sudah menikah), ayah (bagi yang telah memiliki anak), anak (khususnya bagi aktifis muda yang belum menikah), karyawan atau pimpinan di tempat kerja, anggota masyarakat di lingkungannya, organisatoris dan aktifis di organisasinya yang kadang-kadang lebih dari dua, dan seterusnya.

Ketika aktifitas hanya difokuskan pada satu peran, sementara pada banyak peran yang lain ia abai kemudian gagal, maka iman bisa melemah karena ia akan tersibukkan dengan banyak lubang masalah yang ia gali sendiri. Aktifitas yang seimbang, pemenuhan semua peran dengan seimbang lebih menjamin seorang aktifis dakwah untuk tidak hanya imannya tak terganggu dari arah itu, namun juga membuatnya menjadi lebih ideal.

Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2012/02/5-sebab-melemahnya-iman-aktifis-dakwah.html

10 Tanda Degradasi Ruhiyah Aktifis Dakwah

Anda seorang aktifis dakwah? Waspadailah jika salah satu dari sepuluh hal berikut menimpa Anda, karena ia mengindikasikan terjadinya degradasi ruhiyah.

1. Dusta

Rasulullah pernah mengingatkan bahwa seorang mukmin tak mungkin menjadi pembohong. Jika aktifis dakwah mulai berani berbohong, saat itulah indikasi degradasi ruhiyah terjadi.

Kadang kebohongan terjadi pada saat seseorang terjepit atau ingin mengais keuntungan tertentu. Misalnya untuk mendapatkan “pembenaran” atas ketidaksertaannya dalam aktifitas dakwah yang berat, yang sebenarnya ia tak memiliki alasan untuk meninggalkannya kecuali sikap malas. Di zaman Rasulullah, ini pernah terjadi pada perang Tabuk. Di mana kaum munafikin yang tidak ikut berangkat perang membohongi Rasulullah dengan berbagai alasan saat beliau kembali di Madinah; agar keabsenannya dimaklumi dan dimaafkan.

Kebohongan juga bisa terjadi pada saat munculnya momentum yang memberikan peluang keuntungan besar melalui kebohongan. Yang jika ia jujur, menurut pertimbangannya, peluang itu akan lewat begitu saja. Ingatlah, bahwa tujuan yang baik harus dicapai dengan cara yang baik.

2. Tak memenuhi janji

Berhati-hatilah jika Anda tidak memenuhi janji untuk menjalankan kewajiban dakwah yang telah Anda sepakati. Atau Anda mulai “toleran” dengan keterlambatan menghadiri forum-forum dakwah pekanan dan sebagainya. Kita patut waspada bahwa itu merupakan ingkar janji yang termasuk tanda-tanda kemunafikan, di mana saat itu terjadi degradasi ruhiyah dan keimanan.

“Ada tiga tanda kemunafikan,” sabda Rasulullah dalam riwayat Al Bukhari, “yaitu bila bicara ia dusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila diberi amanah ia berkhianat.”

3. Mengkhianati amanah

Tiga hal pertama, termasuk mengkhianati amanah ini juga merupakan tanda kemunafikan seperti disebutkan dalam terjemah hadits di atas. Sekecil apapun amanah yang diembankan kepada Anda, termasuk amanah kepanitiaan, amanah di wajihah, amanah di struktur dakwah; pada saat Anda menyia-nyiakannya, tidak mau menunaikannya, itu merupakan indikasi degradasi ruhiyah. Perlu sebuah introspeksi mengapa kita tak mau menunaikan amanah yang sudah kita terima; apakah kita menerima amanah karena Allah, atau karena mengincar tujuan duniawi? Jika karena Allah, bangkitlah! Jangan biarkan degradasi ruhiyah berkelanjutan dan menggerogoti keimanan.

4. Takut berjuang dan berdakwah

Ini juga tanda degradasi ruhiyah. Jika Anda tak lagi berani bergerak, berharakah, berjuang mendakwahkan Islam; ketahuilah bahwa saat itu sedang terjadi degradasi ruhiyah. Kembalilah kepada keyakinan yang benar bahwa rezeki ditentukan Allah dan masa depan dalam genggaman Allah.

Mengapa takut lingkungan membenci Anda jika Anda sedang bergerak meraih ridha Allah dan cinta-Nya? Perusahaan mungkin bisa memecat Anda karena aktif berdakwah, tetapi ia takkan melakukannya selama Anda tetap profesional dalam bekerja. Lebih dari itu, tak seorang pun bisa menghalangi Anda dari rezeki yang lebih besar yang sudah Allah siapkan.

“Barangsiapa yang tidak berjihad dan tidak meniatkan dalam hatinya untuk melakukannya, ia membawa satu cabang kemunafikan pada kematiannya.” (HR. Muslim)

5. Su’udhan (Buruk Sangka)

Di saat Anda berprasangka buruk terhadap sesama aktifis dakwah yang berubah menjadi kaya, khawatirlah bahwa degradasi ruhiyah sedang melanda. Aktifis dakwah yang menjadi kaya setelah mendapatkan jabatan publik memang menimbulkan godaan untuk berburuk sangka. Tapi itulah cara syetan menyerang, padahal kita tak pernah tahu bahwa pada saat yang sama usaha atau bisnis aktifis dakwah itu berhasil setelah bertahun-tahun sebelumnya ia rintis dan ia kembangkan.

Kadang buruk sangka juga menjadikan qiyadah dakwah sebagai sasarannya. Bahkan pada kisah haditsul ifki kita bisa mengambil ibrah betapa pemimpin terbaik seperti Rasulullah pun, keluarganya pernah menjadi sasaran buruk sangka sebagian orang.

“Hindarilah oleh kalian prasangka,” sabda Rasulullah dalam riwayat Muslim, “karena itu seburuk-buruknya perkataan.”

6. Ghibah

Tanda degradasi ruhiyah berikutnya adalah ghibah. Yakni ketika seorang aktifis dakwah membincangkan hal-hal yang tak disukai seadainya didengar oleh orang yang dibincangkan. Ghibah juga menjadi tanda memudarnya ukhuwah sehingga ketika ada kelemahan, kekurangan atau kesalahan aktifis dakwah, yang bersangkutan tidak diingatkan dan dikoreksi, malah aibnya disebarkan.

“Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujurat : 12)

7. Hasad (dengki)

Hasad kepada sesama aktifis dakwah umumnya sulit ditemui pada fase awal atau perintisan dakwah. Di masa-masa sulit seperti itu, ketika semua aktifis dakwah berjuang “mati-matian” dalam kesulitan, hasad adalah penyakit hati yang sangat langka.

Namun, seiring dengan kemajuan dakwah, terbukanya kesempatan, dan teraksesnya kekuasaan, hasad bisa menjadi ancaman. Nah, aktifis dakwah yang tidak suka dengan kemajuan saudaranya, kesuksesannya, jabatannya, kekuasaannya, lalu berupaya menghilangkan nikmat itu; itulah hasad yang menjadi tanda degradasi ruhiyah. Bahkan saat ketidaksukaan muncul saja, hanya karena alasan dunia –mengapa dia dan bukan saya- itu saja sudah sangat mengkhawatirkan bahwa keruntuhan ruhiyah kita sedang berjalan.

8. Sering lalai dan mencari-cari alasan

Lalai terhadap komitmen amal ibadah yaumiyahnya, lalai terhadap amanahnya, lalai syura dakwahnya, lalai agenda pekanannya, lalu berupaya mencari alasan pembenar agar bisa disebut udzur adalah bagian dari tanda degradasi ruhiyah. Demikian pula saat aktifis dakwah mencari-cari celah atau menabrak hal-hal makruh dan syubhat sehingga akhirnya terjerembab dalam dosa dan pelanggaran.

“Seorang hamba takkan mencapai derajat ketaqwaan, sehingga ia meninggalkan perkara mubah baginya karena khawatir terjerumus masalah yang mengandung dosa.” (HR. Tirmidzi)

9. Suka popularitas, tak semangat dalam amal rahasia

Di saat mihwar dakwah telah sampai pada mihwar muasasi, gerbang amal amah terbuka gegap gempita. Banyak peluang popularitas di sana, banyak kemasyhuran menanti pelakunya. Jika pada saat seperti ini agenda dakwah khas dinomorduakan, tak ada gairah dan semangat menempuhnya, ketahuilah bahwa itu bagian dari riya’ yang menunjukkan degradasi ruhiyah kita.

10. Menjauhi syura

Jika Anda tak lagi menyukai syura, ingin menghasilkan keputusan dakwah sendiri, ingin mengambil kebijakan sendiri, sangat boleh jadi saat itu ruhiyah sedang melemah. Sebab ia hanya bermuara pada dua hal; pertama, menganggap orang lain dan jamaah dakwah tidak lebih baik dan lebih pintar dari Anda. Artinya ujub dan takabur tengah menjangkiti. Kedua, timbul keinginan untuk “berkuasa” diantaranya dengan bebas menentukan segalanya, termasuk menentukan arah dakwah demi kepentingan pribadi.

Syura adalah prinsip dalam amal jamai dan harus selalu ditegakkan dalam semua marhalah yang dilalui. “..sedang urusan mereka (diputuskan) dengan syura diantara mereka…” (QS. Asy Syura : 38).

 sumber.www.bersamadakwah.com

Memelihara Rasa Suka kepada Pasangan

Selasa, 27 Maret 2012

“Konsentrasikan ingatan anda. Hadirkan semua sisi kebaikan pasangan anda selama ini. Kumpulkan semua sisi positif pasangan anda”, demikian kalimat perintah saya kepada para peserta Pelatihan Wonderful Family di Kota Makassar, beberapa waktu yang lalu.

“Waktu anda tiga menit untuk menuliskan semua sisi kebaikan dan sisi positif pasangan anda. Silakan mulai menulis !” lanjut saya. Sekitar 100 pasangan suami isteri peserta Pelatihan tersebut segera menulis di atas kertas yang telah disediakan panitia.

Satu menit berlalu. Saya perhatikan peserta serius mengingat kebaikan pasangan untuk dituliskan. Dua menit berlalu. Beberapa peserta tampak sudah selesai menulis. Tak ada lagi kalimat yang akan dituliskan. Tiga menit sudah, waktu untuk peserta habis.

“Waktu habis. Silakan berhenti menulis”, ungkap saya. “Sekarang hitung berapa poin kebaikan pasangan yang berhasil anda hadirkan dalam tiga menit ini”. Tampak para peserta menghitung poin yang barusan selesai mereka tuliskan.

“Siapa yang menulis di atas 20 poin?” tanya saya. Tidak seorangpun angkat tangan.

“Siapa yang menulis lebih dari 15 poin?” Seorang wanita angkat tangan. Segera saya minta ia maju ke depan forum. Ternyata ia menulis 16 poin kebaikan suaminya.

“Tolong bacakan 16 poin kebaikan suami tersebut”, pinta saya.

“Pertama, suami saya rajin ibadah. Kedua, ia ganteng. Ketiga, sangat romantis. Keempat, setiap hari selalu ada kata sayang untuk saya…..” jawab wanita tersebut terbata-bata.

“Terus?” tanya saya. Ia tidak mampu meneruskan. Matanya berkaca-kaca.

“Biar saya yang membacanya”, ungkap saya. Iapun memberikan kertas kerjanya.

“….Kelima, senang memijit isteri. Keenam, senang membantu pekerjaan isteri. Ketujuh, pandai mendidik anak-anak. Kedelapan, suami saya sangat sabar. Kesembilan, menghormati orang tua dan mertua. Kesepuluh, tidak rewel dalam urusan makan…..” dan seterusnya. Saya membacakan enambelas poin kebaikan suami yang ia tuliskan.

Luar biasa. Sangat jarang kami temukan peserta yang mampu menulis kebaikan pasangan dalam waktu sesingkat itu. Hanya tiga menit saja, namun ia mampu menuliskan enambelas poin kebaikan pasangan. Saya segera mengapresiasi dengan memberikan hadiah kepadanya. Saya katakan di forum, “Bersyukurlah suami yang isterinya mampu melihat sangat banyak kebaikan suami. Bersyukurlah isteri yang suaminya mampu melihat sangat banyak kebaikan isteri”.

Menjaga dan Memelihara Rasa Suka kepada Pasangan
Inilah yang sering saya sampaikan di berbagai forum, bahwa cara untuk menjaga rasa suka kepada pasangan adalah dengan jalan mengingat berbagai kebaikan pasangan. Fokus melihat sisi positif, sisi kelebihan, sisi kebaikan pasangan yang ada pada pasangan. Kenyataannya, setiap hari pasangan hidup kita melakukan sangat banyak perbuatan baik kepada kita, sejak bangun tidur di pagi hari hingga berangkat tidur lagi di malam hari.

Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Isteri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, dianggap hal biasa. Bahkan sebagian suami menganggapnya sebagai kewajiban, bukan kebaikan. Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu yang menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Bahkan sebagian isteri mengatakan, itu bukan kebaikan karena memang menjadi kewajiban para suami untuk melakukannya.

Saya tanyakan kepada para peserta laki-laki, “Apakah para suami di sini rutin memberikan nafkah kepada isterinya ?” Para suami menjawab, “Ya, kami rutin memberi nafkah untuk keluarga”. Pertanyaan saya kepada para peserta perempuan, “Siapakah di antara anda yang menuliskan pemberian nafkah rutin sebagai kebaikan suami?” Ternyata hanya tiga peserta perempuan yang angkat tangan.

Ketika saya tanyakan kepada para isteri di forum itu, “Mengapa anda tidak menuliskan pemberian nafkah sebagai kebaikan suami?” Jawaban para isteri beragam. Ada yang menjawab, “Karena itu sudah biasa dilakukan, jadi wajar saja”. Ada yang menjawab, “Karena itu memang sudah menjadi kewajibannya”. Ada pula yang menjawab, “Karena itu sudah menjadi rutinitas, sehingga tidak dicatat sebagai kebaikan”.

Saya tanyakan kepada para peserta perempuan, “Apakah para isteri di sini rutin memasak untuk keluarga di rumah?” Para isteri menjawab, “Ya setiap hari kami memasak”. Pertanyaan saya kepada peserta laki-laki, “Siapakah di antara anda yang menuliskan, isteri rutin memasak untuk keluarga sebagai kebaikan isteri?” Ternyata hanya dua peserta yang angkat tangan.

Ketika saya tanyakan kepada para suami, “Mengapa anda tidak menuliskan memasak sebagai kebaikan isteri anda?” Jawaban para suami, “Itu kan sudah menjadi kewajibannya”. Sebagian lain mengatakan, “Itu sudah biasa dilakukan semua perempuan dimana-mana”. Begitulah mereka memahami tentang aktivitas memasak yang dilakukan isteri setiap hari di rumah. Seakan-akan sudah menjadi kewajaran sehingga tidak dicatat sebagai kebaikan.

Ketika saya tanyakan di forum, “Orang yang melakukan kewajiban itu orang baik atau tidak baik?” Serentak mereka menjawab, “Orang baik”. Nah, jadi mengapa anda tidak menganggap kewajiban yang dilakukan pasangan anda sebagai kebaikan? Bukankah orang yang menunaikan kewajiban adalah orang baik? Kenyataannya, kita semua akan bersedih apabila pasangan kita menolak melakukan kewajibannya.

Apa yang Menutupi Mata Anda?
Percayakah anda bahwa selembar daun bisa menutupi dunia? Ya, ketika daun itu menutupi mata anda, maka tertutuplah dunia. Anda tidak bisa melihat apapun lagi, karena mata anda tertutup oleh selembar daun.
Maka, janganlah kekurangan pasangan menutupi mata anda, sehingga anda tidak bisa lagi melihat sangat banyak kebaikan yang ia lakukan. Apabila mata anda ditutupi oleh kekurangan pasangan, maka anda tidak sanggup melihat berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Mulai sekarang, fokuskan perhatian anda kepada sisi kebaikan dan sisi positif pasangan anda. Jika kebaikan dan kelebihan pasangan yang selalu anda ingat, maka anda akan selalu bersyukur karena memiliki pasangan hidup yang sangat banyak memiliki kebaikan. Sebaliknya, anda akan selalu mengeluhkan pasangan, jika yang anda ingat hanyalah sisi kekurangan dan sisi negatif pasangan.

Sebuah Testimoni
Usai acara tersebut, keesokan harinya saya dikejutkan oleh sebuah SMS dari seorang suami yang menjadi peserta Pelatihan, “Saya merasa menyesal telah menyimpan sisi kekurangan dan sisi negatif isteri saya selama duapuluh tahun pernikahan kami. Terimakasih telah mengingatkan”.

Hari berikutnya, SMS datang dari isterinya. “Alhamdulillah, suami saya dengan tulus menyampaikan permintaan maaf kepada saya sepulang mengikuti acara Pelatihan Wonderful Family kemarin. Setelah duapuluh tahun kami menikah, baru kali ini ia meminta maaf kepada saya. Duapuluh tahun saya jalani dengan penuh kegetiran, karena sikap suami saya yang selalu mencari-cari kesalahan dan mengungkiut kekurangan saya. Ini adalah hari yang sangat membahagiakan saya setelah duapuluh tahun berkeluarga, bahwa suami saya berjanji akan menjadi lebih baik, dan menyesali sikapnya kepada saya selam ini. Terimakasih telah berbagai dengan kami”.

Alhamdulillah.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/

DPP PKS Latih Relawan Perempuan

Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) memanfaatkan awal tahun 2012 ini sebagai momentum penguatan sumberdaya manusia (SDM) relawannya dengan menggelar Training For Trainer (TFT) Nasional Penggerak Relawan Perempuan di Madani Leadership Center, Lembang Bandung akhir pekan lalu. Kegiatan yang dihelat salah satu organ PKS, Barisan Putri Keadilan (Santika) itu bertujuan menyiapkan SDM instruktur yang andal dari kalangan perempuan.

“Kami ingin mencetak kader-kader penggerak yang peduli persoalan lingkungan dan kemanusiaan. Relawan yang berkarakter, siaga, peduli, siap bekerja tanpa meninggalkan fitrah sebagai perempuan“, ujar Ketua Departemen Kepanduan DPP PKS Cahya Zailani.

Lebih lanjut Cahya mengatakan, membantu masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan dan kemanusiaan merupakan tradisi yang sudah mengakar di PKS. Untuk menjaga keberlangsungan tradisi yang baik tersebut, dibutuhkan pembaruan SDM secara berkesinambungan, terutama yang sigap bergerak di lapangan.

Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan atau utusan dari 33 provinsi yang ada di seluruh Indonesia, kecuali Papua Barat dan Bangka Belitung. Semua Peserta sangat antusias dalam mengikuti semua materi yang ada, karena semua materi yang di isi oleh para pakar dibidangnya contohnya pemateri dari BSMI, Relawan Indonesia, Lembaga Pengembangan Diri Trusco, Pakar bidang Pengelolaan Sampah, serta Akademisi dari ITB dan Unpad.
“Kami juga membekali para relawan kemampuan jurnalistik dan fotografi agar setiap kegiatan bisa dipublikasikan guna menggugah banyak pihak ikut serta dalam kepedulian,” pungkas Cahya.

JIDDIYAH, Ciri Kader Militan…

 Tujuan da’wah jangka panjang adalah khilafah fil ‘ardl. “Memimpin dunia.” Untuk mencapai cita-cita besar itu diperlukan umat yang kuat dan hebat berbasis pada kader-kader militan yang bercirikan penuh keseriusan. Mereka mengutamakan kerja daripada hanya sekedar pandai mengkritik, berinisiatif daripada hanya menunggu perintah, memahami betul apa tugas dan perannya dalam hidup ini, dengan disertai usaha maksimal disertai dengan pendekatan diri kepada Allah dalam rangka meraih bimbingan dan pertolongan-Nya.
 
Definisi jiddiyah adalah: menjalankan tugas-tugas syar’i, tarbawi, tanzhimi, dengan cepat, tabah, mengerahkan seluruh potensi secara maksimal serta dapat mengatasi hambatan yang dihadapinya demi terlaksananya tugas tersebut secara optimal.

Syarat-Syarat Jiddiyah
Dari definisi di atas, maka jiddiyah memiliki 5 syarat:
  1. Al-istijabah al-fauriyah (responsif)
  2. Al-azmul Qowiy (kesungguhan yang kuat)
  3. Al-mutsabarah (tabah dan ulet)
  4. Taskhiru kullil imkanat (mengerahkan seluruh potensi)
  5. Mughalabatul ‘adzar (dapat mengatasi segala permasalahan hidup)
Al Istijabah Al Fauriyah
Kader militan adalah kader yang ketika mendapat tugas dan mendengar perintah dari qiyadah (pemimpin, murobbi, atau pembina) meresponnya dengan cepat-cepat tanpa ragu atau berkomentar, karena ia memahami bahwa tugas dan perintah yang datang dari qiyadah adalah untuk segera dilaksanakan bukan untuk didiskusikan.
Demikianlah para sahabat memahami perintah ketika turun ayat yang mengharamkan khamar (Al-Maidah : 90-91). Begitu mereka mendengar perintah untuk meninggalkan khanar langsung mereka tinggalkan seraya berkata intahaina.. intahaina.. (kami telah tinggalkan, kami telah tinggalkan). Contoh lain tentang perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsho ke Masjidil Haram (Al-Baqarah: 143). Disaat mereka sedang sholat datang berita tentang berubahnya arah kiblat, mereka langsung berbalik arah dari menghadap utara (arah Baitul Maqdis) menjadi menghadap selatan (arah Ka’bah) sehingga masjid tempat mereka sholat saat itu diberi nama Masjid Qiblatain (masjid dua qiblat).
Dan contoh yang ketiga adalah mengenai para sahabat wanita dalam melaksanakan perintah menutup aurat (hijab) (QS An-Nur 31). Begitu mereka mendengar perintah memakai hijab melalui para suami mereka, langsung mereka laksanakan perintah itu. Selain itu masih banyak contoh-contoh lainnya.

Al Azmul Qowiy.
Aktifis dan kader dakwah harus memiliki semangat dan kesungguhan yang kuat, karena amanah yang diembannya sangat berat. Di antara do’a Rasul : “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ketidak berdayaan dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang membelenggu dan tertindas oleh orang yang jahat.” Dan Umar bin Khattab berdoa, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan orang sholeh dan keberdayaan orang jahat.”
Di dalam surat Ali-Imran ayat 146 Allah telah menjelaskan sifat kader militan: ” Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. ”
Para sahabat yang baru saja selesai perang uhud dalam kondisi luka-luka dan belum sempat istirahat menerima tugas baru yaitu mengejar pasukan musyrikin Quraisy dalam perang Hamra Al Asad, mereka melaksanakan perintah qiyadah (Rasul) walaupun harus dengan menandu dan menggendong sebagian sahabat yang tidak mampu berjalan. Kita tahu betapa sahabat Mush’ab bin Umair pada perang Uhud membawa panji pasukan Islam. Tangan kanannya putus terkena pedang musuh, lalu panji dipegang dengan tangan kiri, tangan kirinya putus kemudian ia merangkulnya dengan kedua sikunya dan ia terus maju sampai syahid.

Al Mutsabarah
Kerja da’wah adalah kerja besar yang tak kan berakhir kecuali dengan kematian. Perjalanan dakwah penuh dengan ujian, cobaan, tantangan dan rintangan. Tidak ada yang sanggup menjalaninya kecuali orang-orang yang telah menjadikannya tugas pokok dan utama yang tidak bisa dikalahkan dengan tugas apapun, keberlangsungan dakwah menjadi fokus perhatiannya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, beliau tidak mengenal lelah, letih, capek, jenuh, atau malas. Beliau tidak pernah menyerah atau mundur.
Ketika orang-orang kafir Quraisy musuh dakwah mengancam untuk menghabisi nyawanya, ia berkata: “Demi Allah, sekalipun mereka dapat meletakkan matahari di samping kananku dan bulan di samping kiriku, aku tidak akan berhenti berdakwah dan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku mati di jalannya.
Para sahabat generasi terbaik yang langsung di bawah arahan Rasul meneruskan jalan Rasul. Mereka berdakwah dengan meninggalkan kampung halaman, negeri dan tanah air, isteri, anak, dan harta benda sehingga panji Islam berkibar di seluruh dunia. Kehidupan mereka adalah jihad yang tak henti-henti dan pengorbanan yang tanpa batas dalam membela Islam.

Taskhir Kullil Imkanat
Da’wah menuntut para aktifis dan kader untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki berupa pemikiran, harta, waktu, tenaga, jiwa dan raga. Sehingga tidak ada potensi yang dimilikinya kecuali telah diberikan untuk kepentingan dakwah.
Saat ini sebagian kader belum maksimal dalam memperjuangkan dakwah. Kita baru memberikan sisa potensi untuk dakwah, sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, dan sisa dana. Sehingga hasilnya pun belum terlihat nyata.
Allah telah mengingatan kita: “Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah 24).
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah 111)

Mughalabatul ‘Adzar
Amanah dakwah hanya dapat diemban oleh orang-orang yang memiliki azimah (idealisme yang tinggi) bukan orang yang memilih tujuan yang rendah, senang dengan hidup santai dan rileks, memilih istirahat dan tidak mau susah. Da’wah hanya dapat dikerjakan oleh orang yang dapat mengalahkan udzur bukan pandai membuat udzur, berupaya maksimal untuk terus aktif di medan jihad dan memberikan kontribusi yang terbaik buat dakwah.
Salah satu contoh sahabat bernama Amru bin Jamuh, seorang tua renta yang kakinya pincang dan nyaris buta. Begitu mendengar seruan jihad, ia langsung menyatakan ingin bergabung dalam barisan para mujahidin walaupun ketiga anaknya melarang dengan alasan mereka sudah mewakili keluarga dan sudah sangat cukup udzur baginya untuk tidak ikut jihad. Tapi apa komentarnya? Ia berkata masalahnya adalah surga. “Apakah kalian dapat memberikan jaminan surga buat saya kalau saya tidak ikut jihad?” Hingga akhirnya ia mendapat restu dan do’a dari Rasul. “Ya Allah masukkanlah ia ke dalam surga dengan kakinya yang pincang!” Akhirnya ia mati syahid di medan perang. Ia tidak menjadikan udzur sebagai hambatan dan penghalang untuk ikut berperang. Walaupu tidak bisa angkat senjata, tapi dengan ia bergabung ke dalam barisan mujahidin, ia dapat menambah jumlah tentara. Walaupun ia tidak berhadapan langsung dengan musuh, ia dapat menjaga barang-barang milik tentara di belakang. Ia selalu berpandangan positif ingin memberikan kontribusi langsung dan nyata untuk dakwah.

Urgensi Jiddiyah
Jiddiyah merupakan sifat asasi serta akhlak yang harus dimiliki oleh kader dan aktifis dakwah yang telah berbai’at kepada Allah, menjual dirinya untuk hidup dan mati demi dakwah. Jiddiyah dalam dakwah merupakan suatu keniscayaan, karena hanya dengannya amanah risalah dan kewajiban dakwah akan dapat diemban dan terealisasi dengan maksimal.

Ciri-ciri Jiddiyah:
  1. Menjaga dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif dan berguna untuk dakwah.
  2. Menghindari dari banyak bergurau dan bercanda. Di antara wasiat Imam Al-Banna adalah: “Janganlah kamu bercanda karena umat yang sedang berjihad tidak mengenal canda. Demikian juga dengan Sholahuddin Al-Ayyubi yang berkata: “Sungguh saya malu kepada Allah melihat saya tertawa sementara Baitul Maqdis sedang berada dalam genggaman orang-orang salibiyin.
  3. Memilih azimah ‘idealisme’ yang berat dan tifak memilih kemudahan-kemudahan karena dakwah tidak tegak di atas rukhsah.
  4. Melaksanakan tugas dengan segera, tidak menunda pekerjaan hari ini sampai besok, tidak lambat dan tidak malas.
  5. Selalu mengintrospeksi diri, memperbaharui janji kepada Allah dan selalu istighfar serta taubat atas segala dosa dan kesalahan.
  6. Dalam kondisi siaga selalu menanti perintah.
Ikhwah fillah, jadilah aktivis harokah dan praktisi dakwah. Jadilah orang yang terlibat di dalamnya, bekerja secara produktif. Dan jangan menjadi orang yang pandai mengkritik.

(Mjlh Tarbiyah)
Ustadz Abdul Muiz M.A.

Pandu Qurani (bagian 2 tamat)

Konsekwensi logis
Besarnya peran dan tanggung jawab pandu qur’ani menuntutnya menjadi pribadi yang cekatan berlandaskan empat karakter yaitu; cerdas , kuat, terampil, dan berani.Pandu qur’ani mesti cekatan dalam merespon seruan Allah dan RasulNya, memenuhi panggilan dakwah, dan dalam memberikan berbagai pelayanan kepada masyarakat luas berlandaskan semangat kompetisi dalam kebajikan demi meraih ampunan dan ganjaran Allah. Allah berfirman;
Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju sorga yang luas seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”.QS:3:133.
“Maka berlomba di dalam kebaikan….”.QS:
Jika tidak maka segala afiliasi yang disandangnya tidak akan memberinya arti apa-apa.
”Barang siapa yang tidak dipercepat oleh amal perbuatannya, ia tidak akan dipercepat oleh afiliasinya”.Sebuah kata hikmah dijalan dakwah.

Kecerdasan
Seorang Pandu Qur’ani memiliki kecerdasan spiritual sebagai hasil interaksi ta’abbudi dengan Allah ‘azza wa jalla, dan melalui penghayatan terhadap nilai-nilai aqidah dan akhlak islami.Nilai-nilai spiritual Islam terhimpun dalam satu gudang bernama taqwa, didalamnya terdapat perbendaharaan spiritual bernilai tinggi.
firman Allah:
Alif, laam, miim.Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan, didalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan mereka yang menginfakkan sebagian harta yang Kami karuniakan kepada mereka.Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini hari akhirat.Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.QS;2:1-4.
Bukanlah kebaktian itu dengan menghadapkan wajahmu ke timur dan ke barat, akan tetapi kebaktian ialah siapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, Al-Kitab, dan para Nabi, menyerahkan harta dengan rasa senang kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, orang-orang yang meminta bantuan, dan untuk pembebasan budak,  menegakkan shalat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji.Dan orang-orang yang sabar dalam bencana dan kesulitan serta dalam pertempuran.Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.QS:2:177.
Dan bersegeralah menuju ampunan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.Yaitu orang-orang yang berinfaq di waktu lapang maupun sempit,mampu mengendalikan amarah, dan pemaaf kepada manusia.Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan orang-orang yang yang mengingat Allah ketika melakukan perbuatan keji atau berbuat aniaya terhadap diri, maka mereka memohon ampunan Allah, dan siapakah yang mengampuni dosa-dosa selain Allah.Dan mereka tidak terus menerus melakukan dosa sedang mereka mengetahui”.QS:3:133-135.
Taqwa sebagai kecerdasan spiritual sangat berperan dalam membangun kecerdasan emosional, dan membuka jalan yang luas untuk menghasilkan kecerdasan intelektual.Allah berfirman:
…Dan bertaqwalah kepada Allah niscaya Allah mengajari kalian,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.QS:2:282.

Kecerdasan yang integral membangun kepahaman yang jelas, utuh, dan benar terhadap manhaj Islam, persoalan dakwah, dan sangat membantu menemukan solusi dan format penyelesaian segala persoalan sesuai manhaj islami sejalan situasi dan kondisi yang ada, serta strategi-strategi guna memenangkan dakwah Islam sesuai amanat risalah ilahiyah.

Dan yang pasti soliditas adalah anak yang lahir dari rahim kecerdasan.Tanpa soliditas maka segala format dan strategi dakwah tidak akan memberi hasil yang optimal, atau tidak sama sekali, bahkan mungkin menimbulkan kerugian.Soliditas individu dapat meredam fitnah dunia yang sangat berpotensi menimbulkan insoliditas kolektif sebagaimana yang pernah menimpa para sahabat sehabis perang Badar seperti dikisahkan didalam surat Al-Anfaal ayat satu sampai empat.

Kekuatan
Banyaknya tugas yang diemban pandu qur’ani lebih banyak dari waktu yang dimiliki, serta beratnya beban, rintangan dan tantangan tidak hanya memerlukan kecerdasan namun juga kekuatan dan ketahanan fisik yang tinggi.Mungkin disinilah letak rahasia mengapa Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada yang lemah.Allah menilai seseorang berdasarkan amal perbuatannya.Seorang mukmin yang kuat akan sanggup melakukan amal yang lebih banyak dibanding mukmin yang lemah. Rasulullah bersabda:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun pada keduanya terdapat kebaikan”.

Tidak heran jika pemimpin yang dipilihkan Allah untuk memimpin Bani Israil melawan kezaliman adalah orang yang memiliki keluasan ilmu sekaligus kekuatan fisik yang lebih baik daripada yang lainnya.Allah berfirman:
Dan Nabi mereka berkata; sesungguhnya Allah telah mengutus Thalut menjadi raja kalian.Mereka berkata bagaimana mungkin ia menjadi raja kami sementara kami lebih berhak menjadi raja dibanding ia, dan ia tidak tidak memiliki harta yang banyak.Ia (Nabi mereka) berkata; sesunguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) diantara kalian dan memberinya kelebihan dalam ilmu dan fisik”.QS:2:247.

Keterampilan
Tidak diragukan lagi bahwa keterampilan sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas dan persoalan yang dihadapi.Keterampilan sangat menentukan efisiensi dan efektifitas kerja, dua hal yang mendasari amal yang berkualitas. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam memerintahkan untuk membina keterampilan sejak dini.Beliau bersabda:
Ajarilah anak-anak kalian memanah dan berenang”.
Demikian juga Umar bin Khaththab berkata:
ajarilah anak-anak kalian menaiki kuda dengan sekali lompatan”.
Kecerdasan dan kekuatan seseorang yang dipadukan dalam latihan yang memadai menghasilkan keterampilan yang baik.


Keberanian
Kecerdasan, kekuatan, dan keterampilan akan menjadi sia-sia dihadapan tugas dan persoalan tanpa keberanian bertindak dan menanggung resiko.Keberanian adalah salah satu indikasi frekwensi iman seseorang.Rasulullah bersabda:”Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemunkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya.Jika tidak sanggup maka dengan lisannya.Jika tidak sanggup lagi maka dengan hatinya, dan itulah iman yang paling lemah”.Hanya diatas iman dapat terukir amal saleh yang menghindarkan dari berbagai kerugian.

Pandu Keadilan hanyalah bahagian dari Pandu Qur’ani.Siapakah yang termasuk Pandu Keadilan?Yaitu semua kader Partai Keadilan Sejahtera.Agar memenuhi karakter pandu Qurani semua anggota pria Pandu Keadilan berkewajiban mengikuti mukhayyam kepanduan yang diselenggarakan Departemen Kepanduan dan turunannya di daerah minimal sekali setahun.
Kita berharap melalui mukhayyam terbangun dan terasah kecerdasan, kekuatan, keterampilan, dan keberanian serta buah dari keempatnya berupa keikhlasan, kepahaman, amal, jihad, tha’ah, tadlhiyah, tsiqah, tsabat, tajarrud, dan ukhuwwah yang membawa kepada kejayaan Islam, ampunan dan rahmat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita berlindung kepada Allah dari segala hal yang meruntuhkan karakter Pandu Qur’ani:”Ya Allah kami berlindung kepadamu dari berbuat syirik kepadamu secara sadar, dan kami memohohon ampunanmu terhadap (perbuatan syirik) yang tidak kami sadari.Ya Allah kami berlindung kepadamu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari kepengecutan dan kekikiran, dan dari lilitan utang dan penindasan orang-orang yang kuat”.
Selain mukhayyam wajib ada LPK (Latsar Pandu Keadilan) untuk berkiprah dalam regu-regu Pandu yang berada di bawah payung besar BRIGADE 2009, baik regu Pandu Reguler, RSP (Regu Siaga Pemilu), KORSAD (Korps Satuan Tugas Keadilan), maupun SANTIKA (Barisan Putri Keadilan).Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahilhamdu!!!

(tamat)

Pandu Qurani (bagian 1)

Pandu adalah kata yang digunakan sebagai istilah bagi orang yang memiliki karakter yang berporos pada kebaikan.Di negeri ini pandu disimbolkan dengan cikal kelapa yang bermakna proses pertumbuhan yang berkelanjutan di satu sisi,dimana ia dapat tumbuh dengan mudah sehingga bisa mempertahankan eksistensinya.

Di sisi lain bermakna manfaat yang dihasilkan oleh setiap aspek yang dimiliki, dari akar sampai ke buah.Di kebanyakan negeri-negeri lain, sebagaimana Pandu Keadilan, ia disimbolkan dengan bunga leli yang memiliki multi manfaat.

Selanjutnya kita akan membicarakan pandu yang berorientasi kepada kitabullah Al-Qur’an yang dalam bahasa da’wah disebut orang yang ‘shaalihun fii nafsihii naafi’un li ghairihii mujaahidun fillaah’.Pandu yang satu ini kita sebut sebagai ‘Pandu Qur’ani’.Pandu Qur’ani adalah imam bagi orang-orang bertaqwa dalam ketauladanan, pelayanan serta dakwah dan jihad.

A.Ketauladanan Pandu Qur’ani
Al-Qur’an menggambarkan pandu sebagai orang saleh yang patut ditauladani.
Firman Allah:
Sungguh terdapat suri tauladan bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika berkata kepada kaum mereka,‘sungguh kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkar terhadap kalian, dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya hingga kalian beriman kepada (mengilahkan) Allah semata’, kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya,’akan saya mintakan ampunan untukmu, dan saya tidak memiliki apa-apa untuk (menyelamatkannmu) dari (adzab) Allah.Tuhan kami, kepadamu kami berserah diri, kepadamu kami bertobat, dan kepadamu kami akan kembali’.Tuhan kami jangan engkau biarkan kami dicelakai oleh orang-orang kafir, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Sungguh terdapat pada mereka suri tauladan bagi orang-orang yang menginginkan (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) akhirat”.Qs:60:4-6.
Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan bagi kalian yang menginginkan (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) akhirat”.Qs:33:21.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tauladan utama dalam segala hal dari segala sisi kehidupan, baik  dalam hal ilmu, iman maupun amal, dan baik beliau sebagai pribadi, kepala keluarga, anggota dan tokoh masyarakat, maupun sebagai pemimpin ummat dan negara.Beliau kuat dalam ruhiyah, aqliyah dan jasadiah sekaligus.Beliau adalah sebaik-baik mukmin yang dicintai oleh Allah karena dengan iman dan kekuatannya lahirlah amal-amal ibadah baik mahdlah maupun sosial yang mengagumkan.Dengan iman dan kekuatannya pula beliau berjuang menunaikan risalah Allah yang diembannya, menegakkan dinullah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat tekun dalam mengejar pahala yang terbaik dari Allah meskipun ia sudah dijamin masuk sorga. Ketika berangkat menuju perang Uhud, beliau bersama Ali dan seorang sahabat lainnya radliallahu ‘anhuma mempunyai jatah seekor onta untuk dikendarai secara bergantian.Ali dan temannya sepakat menyerahkan jatah tunggangan mereka kepada Rasulullah yang membuat Rasulullah tersinggung dan berkata,”kalian tidak lebih kuat daripada saya ( untuk berjalan), dan kalian tidak lebih membutuhkan pahala daripada saya”.

Beliau mengajari ummatnya untuk tekun mengejar pahala dari Allah.Sabda beliau:“Shalat (berjama’ah) yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh.Seandainya mereka mengetahui pahala yang didapatkan pada keduanya maka mereka pasti menghadirinya meskipun harus datang dengan merangkak”.

Dalam beramal jama’i Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah seorang pemimpin yang pintar menyuruh belaka melainkan memberi contoh kerja yang optimal, seperti ketika beliau bersama para sahabat membangun masjid Qubaa’.Badan beliau penuh tanah karena bolak balik memanggul tanah.Sikap beliau memberi semangat bagi para sahabat sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan dengan hasil yang memuaskan.

Beliau suritauladan dalam mengamalkan Al-Qur’an, dan seperti itulah ummatnya seharusnya.Bukankah para hamba Allah selalau memanjatkan do’a;”Wahai Tuhan kami karuniailah kami dari istri-istri dan keturunan-keturunan kami penyejuk mata bagi kami dan jadikanlah kami imam (pemimpin/tauladan) bagi bagi orang-orang yang bertaqwa”

B.Pandu Qur’ani menebar kebaikan
Ummat Islam dikeluarkan Allah untuk manusia.Artinya ummat Islam dirancang untuk membawa manfaat yang seluas-luasnya untuk manusia.Manfaaat itu diwujudkan dengan amar ma’ruf nahi munkar.Amar ma’ruf adalah setiap upaya menumbuhkan dan memelihara kebaikan dan sumber-sumbernya baik fisik maupun non fisik.Sebaliknya nahi munkar adalah setiap upaya mencegah,menghentikan dan memberantas kerusakan dan sumber-sumbernya baik fisik maupun non fisik.Dalam syariat Islam dikenal apa yang disebut dengan Maqaashid Asy-Syarii’ah Al-Khamsah yaitu  lima objek perlindungan syariat yaaitu; agama, akal, jiwa, harta benda, dan kehormatan.


Amar ma’ruf nahi munkar akan langgeng jika dilandasi iman kepada Allah dan sebaliknya iman kepada Allah mengharuskan amar ma;ruf nahi munkar.Allah berfirman:”Kalian sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia, menyerukan kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah keburukan (nahi munkar) dan kalian beriman kepada Allah”.Qs:3:110

Pandu Qur’ani adalah pelayan ummat yang kebaikannya senantiasa diharapkan.Diantara mereka terdapat pemimpin publik, guru, aleg, praktisi hukum, muballigh, relawan kemanusiaan dsb.Pandu qur’ani adalah penolong manusia setiap saat seperti yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan sahabatnya ketika di keheningan malam di Madinah terdengar suara meminta pertolongan.Para sahabat yang mendengarnya bergegas menuju sumber suara namun ditengah jalan bertemu Rasulullah yang telah kembali dan mengatakan bahwa masalahnya sudah teratasi.Atau seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab yang berlomba membereskan rumah seorang nenek tua yang hidup sendirian.

Pandu Qur’ani pemburu cinta Allah yang terinsfirasi berita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam;”sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.Kesalihan Pandu Qur’ani membuahkan karya dan perbuatan (al-‘amal) dengan manfaat sosial yang sebanyak-banyaknya.

C.Jihad Pandu Qur’ani
Allah jalla wa ‘alaa mengutus RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam membawa risalah agung agar dimenangkannya atas segala agama dan isme-isme buatan manusia.
Allah berfirman:
Dialah (Allah) yang telah mengutus RasulnNya dengan petunjuk dan Din yang haq agar dimenangkannya atas din-din (agama-agama) yang lain, dan cukuplah Allah yang menjadi saksinya”.Qs:48:28.
Ini adalah proyek sangat besar yang diserukan Allah atas orang-orang beriman, Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman jadilah penonlong-penolong (agama)Allah, sebagaimana Isa bin Maryam berkata:”Siapakah penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?”Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:”Kamilah penolong-penolong (agama) Allah”, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan lain kafir;maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang”.Qs:61:14.

Mega proyek ini telah dirintis dan diletakkan pondasi bangunannya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabat beliau radliallahu ‘anhum sebagai pola bagi penerus-penerus sampai ke akhir zaman.Allah berfirman:
Muhammad Rasulullah, dan orang-orang yang bersamamnya bersikap keras terhadap oang-orang kafir dan penuh kasih sayang antar sesama mereka.Engkau melihat mereka rukuk dan sujud dengan mengharap keutamaan dan keridlaan dari Allah.Ciri mereka terdapat tanda sujud di wajah.Itulah perumpamaan mereka di dalam Taurat dan Injil, bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunas dan menyanggahnya, maka ia (tunas itu) menguat, lantas (tanaman itu) berdiri kokoh diatas cabang-cabangnya yang membuat kagum para petani, agar orang-orang kafir murka terhadap mereka.Allah menjanjikan ampunan dan ganjaran yang agung bagi orang-orang beriman dan beramal saleh dari mereka”.Qs:48:29.

Penegakan agama Allah berbanding lurus dengan kebencian orang-orang musyrik.Allah berfirman:
Dialah (Allah) yang telah mengutus RasulNya dengan petunjuk dan Din yang haq agar dimenangkannya atas din-din yang lain walau orang-orang musyrik membencinya”.Qs:9:33,Qs:61:9.
Pandu qur’ani berjuang menegakkan bangunan Islam dan sendi-sendi ajarannya dalam kehidupan nyata, dan menempatkan diri sebagai pembela dari serangan-serangan yang bermaksud meruntuhkannya.Sepanjang masa Allah senantiasa menghadirkan para pembela agamaNya dari ekspresi kebencian orang-orang musyrik.Allah berfirman:
Wahai orang-orang beriman, barang siapa diantara kalian berpaling dari agamanya maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah cintai, dan merekapun mencintai Allah, bersikap tinggi di hadapan orang-oraang kafir dan merendahkan diri terhadap orang-orang beriman.Mereka berjihad di jalan Allah tanpa takut dicela.Itulah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakiNya.Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui”.Qs:5:54.
Pandu qur’ani hidup dalam tiga kesalehan yaitu: kesalehan ta’abbudi, kesalehan sosial, dan kesalehan prajurit sejati.Ali bin Abi Thalib mengungkapkan kesalehan ini dengan kalimat pendek;”rahib di malam hari penunggang kuda disiang hari (ruhbaanun billail fursaanun binnahar)”

(bersambung)

Kader PKS : Inilah Bagaimana Kami di Bentuk

Senin, 26 Maret 2012


Di PKS kami kader kadernya diwajibkan menghadiri pengajian rutin sepekan sekali. Mempelajari ilmu ilmu agama, akhlak akhlak yang baik, nilai nilai kemanusiaan, dan nilai nilai ketuhanan. Bertahun – tahun, pengajian itu kami lakukan. Sampai membentuk karakter manusia yang baik. Bernurani jernih, dan berjiwa lembut. Itulah mengapa, kami selalu bersemangat mengadakan baksos, membatu korban bencana alam.
Bukan!
Bukan semata karena alasan politik, kalau hanya karena alasan politik, nisacaya kami tidak akan mau melakukan pekerjaan pekerjaan sosial itu. Yang kami cari jauh melebihi motivasi motivasi duniawi tersebut. Menembus langit, yaitu dalam rangka menyenangkan tuhan kami, Allah swt.
Di pengajian pekanan itulah, kami kader PKS dikontrol, dievalusai, kehidupan kami dalam kurun sepekan tersebut. Kehidupan ruhiyah (amalan amalan) kami, dan kehidupan sosial kami. Diantara kami ada yang grafik nya naik turun. Tetapi naik turun semangat tadi, masih dalam kecenderungan meningkat. Dan dengan proses penjagaan itulah, kami, kader – kader pks dapat memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa kami dapat menjaga amanah, amanah dari rakyat, amanah dari Allah.
Bahwasannya kami punya mekanisme, kami punya instrument penjagaan yang begitu kami taati, begitu kami rindukan dari pekan ke pekannya..
Di pengajian pekanan itulah, poin poin seperti shalat lima waktu – tepat waktu – di masjid, di evaluasi. Dan tidak sekedar dievaluasi, disanalah kami menemukan alasannya, mengapa kami diperintahkan Allah begitu, apa enaknya buat kami melaksanakan perintah perintah Allah tersebut. Disanalah kami menemukan kawan berlomba, menjadi yang terbaik dimata Allah.
Selanjutnya yang bisa kami sampaikan adalah setiap pekan rata rata kader pks diajak untuk adalah Shaum senin kamis, Shalat Dhuha, Shalat tahajud minimal dua kali, berinfak, dan seterusnya.. termasuk mengkhatamkan Al-Qur’an paling lama sebulan sekali.
Dan dengan semua ketentuan partai itulah kami mendewasakan diri kami, sebagai bagian dari masyarakat, juga sebagai kader partai yang suatu saat akan diamanahkan ke parlemen, atau menjadi kepala daerah, menteri, dan presiden. Menyiapkan kualitas kualitas diri kami, sampai Allah melihat telah sampailah waktunya kami diberi amanah kepemimpinan tersebut.
Maka, kami bisa sampaikan, bahwa calon calon legislatif dari PKS, calon calon kepala daerah dari pks memiliki kualifikasi kedekatan dengan Allah yang kurang lebih seperti penjelasan diatas. Dan terus dijaga setiap pekannya. Memiliki akhlak baik, hati yang peka, dan semangat yang terjaga. Karena untuk itulah kami diwajibkan mengikuti pengajian pekanan tersebut.
Bagi kami kader PKS, jabatan kepala daerah, jabatan di legislative, menteri dan presiden. Adalah amanah amanah yang kami kejar, bukan sebagai ambisi duniawi. Kalau sebatas itu saja alasannya, kalau hanya untuk keuntungan pribadi, kenikmatan dunia, niscaya kami tidak akan mau mengejarnya. Karena kami menyadari betul hakikat kehidupan kami yang teramat singkat ini. Tentang kenikmatan, nanti saja, kami hanya mau kenikmatan abadi, Surga Firdaus..
http://lh6.ggpht.com/_tsIkwFP-edY/TMgsYhXLLlI/AAAAAAAABgw/PPNwhS7aeVw/P1040053%5B4%5D.jpg
Jadi, bagi kami kader PKS, kekuasaan kekuasaan itu adalah jalan untuk memperbaiki sebanyak banyaknya, sebesar besarnya negara kita tercinta Indonesia ini, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menebar sebanyak banyaknya manfaat dimuka bumi. Dan untuk itu semua, cukup bagi kami, upahnya adalah senangnya tuhan kami, Allah swt. Dan nanti hadiahnya, sama Allah dikasih surga.
Dan karena, begitulah kami kader kader PKS memandang dunia ini, kami selalu dijaga, selalu saling menjaga, untuk tidak tergoda akannya, yang biasa kita kenal dengan korupsi dan sejenisnya..
Semangat, pemahaman, dan kualifikasi kedekatan dengan Tuhan kami tadi, berlaku untuk semua kader di seluruh bumi Indonesia, di posisi apapun kami berada.
Masyarakat lalu bertanya, apa untungnya buatmu, bersusah payah memperjuangkan orang lain. Tidak! Karena kami tidak melihat jabatan ini sebagai sesuatu yg harus kami miliki secara pribadi, maka jangan heran kalau kami selalu bersemangat mengusung ‘orang lain – orang lain’ tersebut, Dengan bensin dari kantong kantong pribadi kami sendiri. Karena dimata Allah, kami yang memperjuangkan pemimpin pemimpin kami itu memperoleh nialainya sendiri. Dan sungguh kami bersenang hati dengan senangnya Tuhan kami, Allah swt.
Akhirnya kami dapat deskripsikan siapa kader PKS itu dengan deskripsi dari ustadz kami,
Ustadz Rahmat Abdullah:
“ada kenyataan seseorang berkat mujahadah keras yang dilakukannya mampu menjaga wudhunya sepanjang hari, mengkhatamkan Al-Qur’an paling lama sebulan, tak putus tahajud, selalu shalat jamaah di Masjid dan selalu puasa senin kamis atau ayamul bidh. dalam muamalah selalu tepat waktu, berbakti kepada kedua orang tua, cair dalam bergaul, argumentatif dalam diskusi, elegan, cemerlang dalam karir dan sejumlah lagi kelebihan”
Dan kami akan terus menyampaikan kepada masyarakat, bagaimana kader kader PKS itu dibentuk. Dan kami akan perlihatkan pada masyarakat kenyataannya, buktinya, deskripsi dari ustadz kami tersebut, Ustadz Rahmat Abdullah diatas.
Bukan Riya’, karena kami tau betul betapa tidak berartinya amalan kami jika tidak dibarengi keikhlasan. Tapi beginilah kami harus berdakwah, menyebarluaskan Syiar, dan mengajak masyarakat, dari kalangan manapun untuk bersama kami, berjuang bersama kami. dan beginilah kami menjawab persepsi dari banyak masyarakat, kalau semua partai itu sama saja, maka jawaban kami tidak, PKS berbeda.

http://www.facebook.com/aki.awan

Sumber : islamedia
 
© Copyright PKS 3 2012 | Design by PKS TEMPLATE | Powered by Blogger.com.